Breaking

LightBlog

Sunday, 27 January 2013

Organisasi Nasional : Budi Utomo


BUDI UTOMO
Organisasi yang bersifat nasional, baru muncul setelah adanya golongan “elit intelektual”, karena golongan ini memiliki wawasan yang luas, akibat penerapan pendidikan sistem Barat terhadap pelajar Bumi Putera, pada masa STOVIA dan pelaksanaan Politik Etis. Oleh karena itu, setelah tahun 1900 barulah muncul berbagai organisasi pergerakan. nasional, yang diawali oleh Perkumpulan BUDI UTOMO berdiri tanggal. 20 Mei 1908.
Untuk mengetahui tentang langkah dan perjuangan organisasi-organisasi pergerakan nasional, dapat diikuti uraian di bawah ini.
1.     Perkumpulan BUDI UTOMO
Perkumpulan ini didirikan oleh para pelajar STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen) di bawah kepemimpinan R. Soetomo. Sebelum R. Soetomo dkk mendirikan Perkumpulan BUDI UTOMO, terlebih dahulu terjadi pertemuan “antara dr. Wahidin Sudirohusodo dengan. R. Soetomo dan M. Soeradji pada akhir tahun 1907, di dalam gedung STOVIA. Dalarn pertemuan tersebut dr. Wahidin banyak mengemukakan tentang ide-ide untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui studiefonds (dana pendidikan). Kalau bangsa sudah cerdas, maka memiliki wawasan luas yang timbul, sehingga tidak mudah untuk diadu-domba dan diatur oleh pihak penjajah. Sedangkan dari pihak R. Soetomo dan para pelajar STOVIA telah tertanam rasa nasionalisme untuk berbangsa dan bernegara. Hal ini disebabkan bahwa para pelajar STOVIA telah banyak mengetahui perjuangan di negara-negara lain dengan banyak membaca berbagai buku bacaan yang diperolehnya. Dengan demikian, antara gagasan dr. Wahidin dengan gagasan R. Soetomo dkk. itu, sangat cocok bagaikan “tumbu menemukan tutupnya”.
Tidak larna kemudian, akhirnya R. Soetomo dengan M. Soeradji berhasil mengadakan pertemuan dengan kawan-kawan pelajar STOVIA lainnya, untuk membicarakan tentang berdirinya organisasi yang bersifat nasional itu. Pertemuan tersebut diselenggarakan secara non-formal pada hari senggang (tidak ada pelajaran) dengan mengambil tempat di salah satu ruang, yaitu Ruang Anatomi STOVIA. Hasil pertemuan itu sangat positif, dan berhasif mendirikan organisasi yang diberi nama PerkumpulanBUDI UTOMO.
Organisasi itu rmerupakan organisasi modern, karena memiliki susunan pengurus lengkap dan tujuan organisasi jelas yang dituangkan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BUDI UTOMO. Adapun kepengurusan BUDI UTOMO saat berdirinya adalah sebagai berikut.
-          Ketua                : R. Soetomo
-          Wakil Ketua     : M. Soelaiman
-          Sekretaris I       : Soewarno I (condo Soewarno)
-          Sekretaris II      : M. Goenawan
-          Bendahara       : R. Angka
-          Komisaris         : M. Soeradji, M. Moh. Saleh, Soewarno II (M. Soewarno) dan RM. Goembrek.
Pada tanggal 3-5 Oktober 1908, BUDI UTOMO mengadakan Kongres I di Yogyakarta. Dalam. Kongres tersebut BUDI UTOMO menghasilkan susunan Pengurus Besar BUDI UTOMO, AD/ART BUDI UTOMO, dan menentukan Kantor Pusat BUDI UTOMO. Selanjutnya, para pendiri BUDI UTOMO yang terdiri dari para pelajar STOVIA tersebut di atas, merupakan pengurus BUDI UTOMO cabang Betawi. Sedangkan Kantor Pengurus Besar BUDI UTOMO, berada di Yogyakarta, dengan dipimpin (Ketua) oleh RTA. Tirto Kusumo dan dr. Wahidin Sudirohusodo sebagai wakil ketua.
Dengan demikian tampak jelas bahwa para pelajar STOVIA hanya sebagai pendiri saja, karena untuk kepengurusan BUDI UTOMO dijabat oleh orang-orang yang lebih tua, yaitu para bupati maupun pejabat yang lain. Hal ini jelas, suatu jiwa besar dari pada pelajar STOVIA yang merasa masih muda dan sibuk dengan sekolahnya. Melihat hasil-hasil kongres yang dinilainya positif itu, tidak lama kemudian di daerah-daerah, baik di Jawa maupun luar Jawa banyak cabang-cabang BUDI UTOMO yang didirikan.
Walaupun BUDI UTOMO memiliki cabang-cabang cukup banyak, belum ada perubahan langkah perjuangannya, yaitu tetap menempuh perjuangan melalui bidang sosial-budaya. Hubungan dengan pemerintah cukup dekat, mengingat para pengurusnya sebagian besar terdiri dari para pegawai pemerintah. Oleh karena itu, gerakan BUDI UTOMO terkesan lamban dan sangat hati-hati. Bagi anggota BUDI UTOMO yang tidak sabar terpaksa keluar dari keanggotaan BUDI UTOMO, antara lain dr. Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat. Mereka ini menginginkan gerakan yang militan dan langsung bergerak dalam bidang politik. BUDI UTOMO bukan tidak mau bergerak dalam bidang politik, tetapi tidak boleh terlalu cepat. Sebab sejak awal tujuan BUDI UTOMO pada prinsipnya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Jadi, masih banyak segala sesuatu yang diperlukan dan harus tetap bekerja sama dengan pihak pemerintah. Lebih baik “Biar lambat asal selamat, daripada hidup sebentar mati tanpa bekas”.
Itulah semboyan BUDI UTOMO menggunakan filsafat “tumbuhnya pohon beringin”. Pohon ini hidupnya lambat, dengan sabar, tetapi semakin lama semakin bertambah besar dan apabila sudah besar berdiri kokoh dan rindang, serta dapat memberi kehidupan siapa pun yang ada di bawahnya. BUDI UTOMO, tidak menghendaki seperti “tumbuhnya pohon kara atau semangka”. Yaitu tumbuh cepat dan berbuah banyak, tetapi sekali berbuah (hanya satu musim) terus pohonnya mati tidak dapat hidup lagi.
Hal tersebut di atas memang terbukti, bahwa BUDI UTOMO cukup lama bertahan, yaitu dari tahun 1908-1926 masih tetap bergerak dalam bidang sosial-budaya dan belum berubah ke bidang politik. Setelah Dr. Soetomo kembali dari negeri Belanda dan mendirikan organisasi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI), yang bergerak dalam bidang politik, maka BUDI UTOMO baru mulai mengubah, langkah perjuangannya dari sosial-budaya ke dalam bidang politik. Hal demikian terjadi disebabkan kedua organisasi ini pada mulanya didirikan oleh Dr. Soetomo. Setelah Dr. Soetomo mendapat pengalaman perjuangan dalam memimpin Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda, di mana organisasi mahasiswa itu banyak bergerak dalam bidang politik, maka tidak sulit untuk mengubah BUDI UTOMO dari pergerakan sosial-budaya ke dalam pergerakan politik. Apalagi setelah adanya musyawarah antara partai-partai besar tentang menjaga. keutuhan perjuangan yang bergerak melalui kooperasi, maka dalam Kongres BUDI UTOMO tanggal 24-26 Desember 1935 di Solo terjadilah fusi (penggabungan) antara PBI dengan BUDI UTOMO menjadi satu dengan nama Partai Indonesia Raya (Parindra). Yang perlu dicatat dalam perjuangan BUDI UTOMO adalah suatu cara pergerakan yang pandai membaca situasi, sehingga mampu menjadi penggerak awal dan tercatat sebagai organisasi pergerakan nasional pertama di Indonesia dan selanjutnya mampu bertahan cukup lama, akhirnya pada saat yang tepat berhasil mengubah langkah perjuangannya ke dalam perjuangan di bidang politik secara aktif. Sampai pada jatuhnya pemerintahan Hindia Belanda, gerak langkah BUDI UTOMO itu masih sangat terasa yang disalurkan melalui organisasi gabungan, yaitu Parindra.



No comments:

Post a Comment

Adbox