PENYESALAN
TERDALAM
Namaku andi,
aku terlahir di tengah-tengah keluarga yang sangat-sangat sederhana, saat ini
umur ku 7 tahun, umur dimana aku memulai menjajaki pendidikan, hari-hari di
sekolah aku lewati dengan senyuman, awalnya saya merasa heran dengan sikap dan
tingkah laku teman-temanku, saya bingung teman-temanku memiliki tingkah laku
yang sangat-sangat sama, mereka bernyanyi dengan lagu-lagu yang terasa asing di
telingaku, bahkan lagu-lagu nasional aku tak mengetahui semuanya, yang aku
ketahui cuman lagu indonesia raya, hal ini dikarenakan aku tidak di sekolahkan
di taman kanak-kanak, semua ini disbabkan himpitan ekonomi yang tidak
memungkinkan untuk hal itu, maka dari itu orangtuaku langsung menyekolahkanku
di jenjang sekolah dasar.
Saat
pulang sekolah merupakan saat dimana teman-temanku merasa senang, mereka
membuat janji untuk kesana-kemari, bermain sana-sini, sedangkan aku tak
memiliki waktu untuk melakukan hal itu, biasanya saat pulang sekolah langkahku
sangat jarang menuju kerumahku, sepulang sekolah kakak menungguku di pintu
gerbang dan kami berdua bersama-sama berjalan menuju tempat ibu dan ayahku
berada, tempat dimana ayah dan ibu dapat memberikan se suap nasi kepada
anaknya, tempat asal mulanya nasi, yaitu sawah. Sesampainya di sawah aku dan
kakak langsung mengganti pakain dan ibu menyiapkan makanan di gubuk-gubuk yang
ada ditengah sawah, kami di suguhkan sepiring nasi dan ikan kering, aku dan
kakakku menikmati makanan itu dengan lahap setelah kami melahap makanan kami,
kami langsung menggantikan ayah dan ibu untuk mengumpulkan padi dan menyuruh
ayah dan ibu untuk beristirahat sejenak, setelah kumpulan padi telah terkumpul
kami bersama-sama memisahakan padi dengan jerami-jeraminya, saat-saat itu kami
lakukan dengan riang dan gembiram terkadang aku dan kakakku bermain-main lumpur
dan juga terkadang kami dimarahi ayah dan ibu karena permainan kami mengganggu
orang-orang sekitar, aku sangat kagum dengan sosok ayah, dia tidak pernah
merasakan rasa malu untuk menafkahi anak-anaknya, dia tidak pernah merasakan
rasa malu melakukan kerjaan apapun asalkan kerjaan itu halal, bahkan kadang dia
mendapatkan pekerjaan ditempat umum, dia memakai pakaian yang di anggap
orang-orang sebagai pakaian bekas, sisinya ada yang bnolong tetapi dia tridak
pernah merasda malu dengan hal itu, dia hanya merasa malu ketika dia melakukan
pekerjkaan haram yang dilaknat oleh allah SWT, Terkadang aku dan kakak merasa
minder ketika kami sekeluarga bekerja keras, memeras keringat kami untuk
menikmati sesuap nasi melihat teman-teman kami berdua dengan riang gembira
bermain-main, menghambur-hamburkan uang hasil keringat orangtua mereka, kadang
juga kita memikirkan apakah mereka tidak merasakan usaha-usaha yang dilakukan
oleh orang tua mereka untuk menafkahi mereka, tetapi hal tersebut kadang
terusik ketika mereka bermain denga gembira bersama orangtua mereka di saat
kami memeras keringat kami untuk menikmati sesuap nasi. Hal itu terkadang
membuat ibu dan ayah merasa marah kepada kami berdua, mereka berpesan, rejeki
setiap manusia telah di atur oleh yang maha kuasa, rasa bahagia tidak dapat
dibeli dengan limpahan harta, terkadang beberapa orang merasa jenuh dengan
keadaan itu karena orangtua mereka terlalu sibuk untuk menghasilkan uang dan
mereka tidak pernah memperhatikan anaknya, saat kami berdua mendengar hal itu,
kami bersyukur karena di balik kesusahan kami, kami masih memiliki harta yang
tidak dapat dibeli dengan apapun yaitu keharmonisan keluarga.
Saat
aku masuk SMP aku merasa terlena dengan apa yang diraih oleh ayah,
perjuangannya sudah menuai hasil, keluarga kami yng dahulu banyak orang-orang
yang merasa malu untuk mendatangi rumah kami yang berupa gubuk-gubuk , sekarang
banyak yang datang untung meminta belas kasih, bahkan ada yang dahulu mencaci
maki keluarga kami karena keadaan kami dahulu sangatlah menderita, sekarang
mereka mengemis-ngemis untuk meminta bantuan. Terkadang mereka tidak memiliki
rasa sadar ketika kami telah memberikan bantuan mereka malah memberikan balasan
yang sangat-sangat besar, mereka menebar gosip yang mencaci maki keluarga kami,
mereka merasa marah ketika kami memiliki sesuatu yang tidak mereka miliki,
tetapi ayah dan ibu selalui berpesan biarlah yang maha kuasa yang melihatnya,
kita tidak boleh menghakimi karena kita tidak mengetahui apa yang pantas untuk
membalsnya. Tetapi kadang keringat yang membasahi tubuh ayah aku sia-siakan,
aku terlena dengan kemajuan zaman, teknologi-teknologi yang ada membuat aku
tergiur aku ingin ini dan itu, tanpa melihat kondisi. aku sering memeras orang
tuaku tetapi mereka selalu memebrikan apa yang aku inginkan, mereka ingin aku
menajdi anak yang mereka harapkan, segala macam hal yang dapat mendukung
peningkatan presatsiku dilengkapi, kadang akau merasa sedih melihat hal ini,
dikarenakan ayah dan kakaku dengan susah payah mencari nafkah, mereka berdua
tidak pernah melihat waktu untuk mencari nafkah, saat orang-orang gtertidur
pulas merteka terkadang berada di tempat kerja untuk melakukan kerjaan mereka,
terkadang mereka mengajakku untuk ikut bekerja tetapi kadang juga aku
mementingkan rasa ngantukku ketimbang meringakan beban mereka. Saat aku
merenungi kelakuanku ini kadang aku menetskan air mata, dahulu kami sekeluarga
mencari nafkah bersama-sama kami meresakan kebersamaan yang sangat-sanagt
mahal. Makanan yang dahulu kami sekeluarga nikmati dengan lahap terkadanag saat
ini aku mogok makan untuk melahapnya lagi, aku sering di nasehati ayah, dia
sering berkata, kondisi kita belum apa-apa, kondisi dahulu yang kita rasakan
sulit itu belum apa-apa, coba buka matamu nak, lihat lingkungan sekitarmu, sampah-sampah
berserakan, terkadang kamu hanya melihati sampah itu sebagai barang yang
menjijikan dan tidak berguna lagi, tetapi coba lihat sampah itu apakah sampah
itu masih dapat kamu lihat bebrapa jam kemudian, coba perhatikan nak, sampah
itu tidak hilang begitu saja tetapi oranglah yang mengambilnya mereka memunguti
hal0hal yang sudah kamu anggap hal yang menjijikan untuk mereka olah untuk
menghasilkan apa yang mereka harapkan, terkadng sepiring nasi yang kamu nikmati
sendiri mereka menikmatinya secara bersama-sama dengan keluarganya, bahkan
terkadang buah atau makan yang kamu buang, terkadang bagi mereka hal itu masih
bisa mengganjal rasa lapar mereka, maka bersyurkurlah nak, sadarlah, kondisi
ayah tidak dapat dijamin dapat menafkahimu secara terus menerus, ada saat
dimana kamu yang menafkahi ayah, tetapi hal itu baru dapat kamu lakukan ketika
ayah terbaring tak berdaya, maka selama langkah kaki ayah masih dapat menjajaki
dunia, ayah akan memanfaatkjan hal itu untuk membahagiakan kalian semua nak.
Mendengar hal itu aku mersa malu kepada diriku, aku tercaci, aku dalah seorang
lelaki, aku dalah darah daging seorang lelaki kuat, akan kutebus apa yang telah
kamu lakukan, aku akan berusaha untuk membahagiakan kalian semua.
No comments:
Post a Comment