Breaking

LightBlog

Friday 10 January 2014

Contoh Teks Monolog - Penyeslan Terdalam

PENYESALAN TERDALAM
Namaku andi, aku terlahir di tengah-tengah keluarga yang sangat-sangat sederhana, saat ini umur ku 7 tahun, umur dimana aku memulai menjajaki pendidikan, hari-hari di sekolah aku lewati dengan senyuman, awalnya saya merasa heran dengan sikap dan tingkah laku teman-temanku, saya bingung teman-temanku memiliki tingkah laku yang sangat-sangat sama, mereka bernyanyi dengan lagu-lagu yang terasa asing di telingaku, bahkan lagu-lagu nasional aku tak mengetahui semuanya, yang aku ketahui cuman lagu indonesia raya, hal ini dikarenakan aku tidak di sekolahkan di taman kanak-kanak, semua ini disbabkan himpitan ekonomi yang tidak memungkinkan untuk hal itu, maka dari itu orangtuaku langsung menyekolahkanku di jenjang sekolah dasar.
                Saat pulang sekolah merupakan saat dimana teman-temanku merasa senang, mereka membuat janji untuk kesana-kemari, bermain sana-sini, sedangkan aku tak memiliki waktu untuk melakukan hal itu, biasanya saat pulang sekolah langkahku sangat jarang menuju kerumahku, sepulang sekolah kakak menungguku di pintu gerbang dan kami berdua bersama-sama berjalan menuju tempat ibu dan ayahku berada, tempat dimana ayah dan ibu dapat memberikan se suap nasi kepada anaknya, tempat asal mulanya nasi, yaitu sawah. Sesampainya di sawah aku dan kakak langsung mengganti pakain dan ibu menyiapkan makanan di gubuk-gubuk yang ada ditengah sawah, kami di suguhkan sepiring nasi dan ikan kering, aku dan kakakku menikmati makanan itu dengan lahap setelah kami melahap makanan kami, kami langsung menggantikan ayah dan ibu untuk mengumpulkan padi dan menyuruh ayah dan ibu untuk beristirahat sejenak, setelah kumpulan padi telah terkumpul kami bersama-sama memisahakan padi dengan jerami-jeraminya, saat-saat itu kami lakukan dengan riang dan gembiram terkadang aku dan kakakku bermain-main lumpur dan juga terkadang kami dimarahi ayah dan ibu karena permainan kami mengganggu orang-orang sekitar, aku sangat kagum dengan sosok ayah, dia tidak pernah merasakan rasa malu untuk menafkahi anak-anaknya, dia tidak pernah merasakan rasa malu melakukan kerjaan apapun asalkan kerjaan itu halal, bahkan kadang dia mendapatkan pekerjaan ditempat umum, dia memakai pakaian yang di anggap orang-orang sebagai pakaian bekas, sisinya ada yang bnolong tetapi dia tridak pernah merasda malu dengan hal itu, dia hanya merasa malu ketika dia melakukan pekerjkaan haram yang dilaknat oleh allah SWT, Terkadang aku dan kakak merasa minder ketika kami sekeluarga bekerja keras, memeras keringat kami untuk menikmati sesuap nasi melihat teman-teman kami berdua dengan riang gembira bermain-main, menghambur-hamburkan uang hasil keringat orangtua mereka, kadang juga kita memikirkan apakah mereka tidak merasakan usaha-usaha yang dilakukan oleh orang tua mereka untuk menafkahi mereka, tetapi hal tersebut kadang terusik ketika mereka bermain denga gembira bersama orangtua mereka di saat kami memeras keringat kami untuk menikmati sesuap nasi. Hal itu terkadang membuat ibu dan ayah merasa marah kepada kami berdua, mereka berpesan, rejeki setiap manusia telah di atur oleh yang maha kuasa, rasa bahagia tidak dapat dibeli dengan limpahan harta, terkadang beberapa orang merasa jenuh dengan keadaan itu karena orangtua mereka terlalu sibuk untuk menghasilkan uang dan mereka tidak pernah memperhatikan anaknya, saat kami berdua mendengar hal itu, kami bersyukur karena di balik kesusahan kami, kami masih memiliki harta yang tidak dapat dibeli dengan apapun yaitu keharmonisan keluarga.

                Saat aku masuk SMP aku merasa terlena dengan apa yang diraih oleh ayah, perjuangannya sudah menuai hasil, keluarga kami yng dahulu banyak orang-orang yang merasa malu untuk mendatangi rumah kami yang berupa gubuk-gubuk , sekarang banyak yang datang untung meminta belas kasih, bahkan ada yang dahulu mencaci maki keluarga kami karena keadaan kami dahulu sangatlah menderita, sekarang mereka mengemis-ngemis untuk meminta bantuan. Terkadang mereka tidak memiliki rasa sadar ketika kami telah memberikan bantuan mereka malah memberikan balasan yang sangat-sangat besar, mereka menebar gosip yang mencaci maki keluarga kami, mereka merasa marah ketika kami memiliki sesuatu yang tidak mereka miliki, tetapi ayah dan ibu selalui berpesan biarlah yang maha kuasa yang melihatnya, kita tidak boleh menghakimi karena kita tidak mengetahui apa yang pantas untuk membalsnya. Tetapi kadang keringat yang membasahi tubuh ayah aku sia-siakan, aku terlena dengan kemajuan zaman, teknologi-teknologi yang ada membuat aku tergiur aku ingin ini dan itu, tanpa melihat kondisi. aku sering memeras orang tuaku tetapi mereka selalu memebrikan apa yang aku inginkan, mereka ingin aku menajdi anak yang mereka harapkan, segala macam hal yang dapat mendukung peningkatan presatsiku dilengkapi, kadang akau merasa sedih melihat hal ini, dikarenakan ayah dan kakaku dengan susah payah mencari nafkah, mereka berdua tidak pernah melihat waktu untuk mencari nafkah, saat orang-orang gtertidur pulas merteka terkadang berada di tempat kerja untuk melakukan kerjaan mereka, terkadang mereka mengajakku untuk ikut bekerja tetapi kadang juga aku mementingkan rasa ngantukku ketimbang meringakan beban mereka. Saat aku merenungi kelakuanku ini kadang aku menetskan air mata, dahulu kami sekeluarga mencari nafkah bersama-sama kami meresakan kebersamaan yang sangat-sanagt mahal. Makanan yang dahulu kami sekeluarga nikmati dengan lahap terkadanag saat ini aku mogok makan untuk melahapnya lagi, aku sering di nasehati ayah, dia sering berkata, kondisi kita belum apa-apa, kondisi dahulu yang kita rasakan sulit itu belum apa-apa, coba buka matamu nak, lihat lingkungan sekitarmu, sampah-sampah berserakan, terkadang kamu hanya melihati sampah itu sebagai barang yang menjijikan dan tidak berguna lagi, tetapi coba lihat sampah itu apakah sampah itu masih dapat kamu lihat bebrapa jam kemudian, coba perhatikan nak, sampah itu tidak hilang begitu saja tetapi oranglah yang mengambilnya mereka memunguti hal0hal yang sudah kamu anggap hal yang menjijikan untuk mereka olah untuk menghasilkan apa yang mereka harapkan, terkadng sepiring nasi yang kamu nikmati sendiri mereka menikmatinya secara bersama-sama dengan keluarganya, bahkan terkadang buah atau makan yang kamu buang, terkadang bagi mereka hal itu masih bisa mengganjal rasa lapar mereka, maka bersyurkurlah nak, sadarlah, kondisi ayah tidak dapat dijamin dapat menafkahimu secara terus menerus, ada saat dimana kamu yang menafkahi ayah, tetapi hal itu baru dapat kamu lakukan ketika ayah terbaring tak berdaya, maka selama langkah kaki ayah masih dapat menjajaki dunia, ayah akan memanfaatkjan hal itu untuk membahagiakan kalian semua nak. Mendengar hal itu aku mersa malu kepada diriku, aku tercaci, aku dalah seorang lelaki, aku dalah darah daging seorang lelaki kuat, akan kutebus apa yang telah kamu lakukan, aku akan berusaha untuk membahagiakan kalian semua.

No comments:

Post a Comment

Adbox